JAYAPURA, FP.COM – Ketua DPD Himpunan Pramuwisata Indonesia (HPI) Provinsi Papua, Simson Nicky Mehue mengapresiasi Pemprov Papua, dalam hal ini Dinas Kebudayaan dan Pariwisata, juga Kementerian Pariwisata Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) RI yang dinilainya mulai memberikan perhatian serius bagi pembangunan sumber daya manusia (SDM) khususnya para pemandu wisata atau yang akrab dikenal sebagai tour guide.
Ditemui usai pembukaan kegiatan pelatihan kepemanduan wisata berbasis kompetensi, Senin (13/5), Nick sapaan akrabnya, mengatakan program pelatihan ini merupakan kerinduan HPI dalam mensertifikasi para anggota.
“Puji Tuhan, pihak dinas dan kementerian sudah akomodir dan ini berjalan di seluruh Indonesia. Untuk Papua kita dapat di bulan Mei. Pemerintah sangat membantu kami para pemandu wisata, kenapa? Karena untuk ikut sertifikasi seperti ini di luar Papua itu seorang guide dia harus bayar dengan harga yang sangat mahal. Program ini kita sudah perjuangkan dari dua tahun yang lalu, bagaimana anak-anak di Papua ini khususnya pramuwisata yang sudah senior itu disertifikasi,” ujarnya.
Menurut Nick, sertifikasi merupakan sebuah legalitas seorang pemandu wisata, baik skill maupun jam terbang, sebagai tour guide professional.
“Jadi, rekan-rekan ini bukan hanya sekadar berpengalaman di lapangan tetapi juga memiliki sertifikasi kompetensi sebagai pramuwisata professional.”
Nick melanjutkan, sertifikasi dari pelatihan ini menjadi modal utama HPI dalam menyukseskan program goes to school yang menjadi program kolaborasi HPI dan sekolah menengah kejuruan (SMK) pariwisata.
“Ke depan, kami dari HPI goes to school. Sekarang SMK pariwisata memakai tenaga eksternal asesor kepemanduan itu dari kami di HPI sehingga anggota HPI harus dibekali kompetensinya, salah satunya lewat kegiatan seperti ini. Jadi, sangat membantu dan kita harapkan mereka di daerah masing-masing yang ada sekolah pariwisatanya mereka bisa jadi eksternal asesorr,” jelas Mehue.
Salah seorang peserta pelatihan Esra Mandosir, Ketua DPC HPI Kabupaten Supiori, berharap pelatihan yang diikutinya dapat memberikan transfer knowledge metode pengajaran dan teknik kepemanduan pariwisata.
“ Saya hadir di sini dengan harapan mendapat pengetahuan baru, bagaimana menguasai teknik memberikan materi, bagaimana menjadi seorang pemandu wisata itu memberikan pelayanan yang maksimal dan professional kepada wisatawan,” ujar pria yang sudah 19 tahun melanglang sebagai tour guide ini.
Bagi Esra, menguasai teknik menjadi instruktur (pelatih) dan menjadi tour guide sangatlah penting mengingat di Biak dan Supiori memiliki potensi pariwisata yang tak kalah memesona. Meski begitu, belum banyak tour guide yang mumpuni guna mendukung daya tarik wisata di kedua daerah tersebut. Dengan ilmu yang didapatnya dari pelatihan ini Esra berniat mengkaderkan para pemandu wisata lokal di daerahnya.
Senada dengan Esra, Gamal yang sudah 15 tahun malang melintang sebagai tour guide di Papua menaruh harapan besarnya dari kegiatan pelatihan tersebut.
“Semoga saya bisa lulus dengan sertifikasi yang baik supaya saya bisa jadi contoh untuk mendukung sumber daya manusia pemandu wisata di Kabupaten Jayapura,” harap Gamal.
Ia mendaku, ke depannya, koperasi yang dikelolanya akan mendorong pengembangan potensi lokal di Kota dan Kabupaten Jayapura menjadi lokomotif event bagi kemajuan industri pariwisata di Papua. (Ai)