JAYAPURA,FP.COM – Galih Sedayu, kurator dan konsultan event serta festival, memberikan semangat baru bagi pelaku ekonomi kreatif di Papua. Dalam Bimtek Seni Pertunjukan yang berlangsung selama dua hari (12-13 September) di Kota Jayapura, Galih membagikan ilmu dan pengalamannya tentang bagaimana merancang dan mengelola festival yang berkelanjutan.
“Saya berharap setelah Bimtek ini, teman-teman komunitas seni pertunjukan di Papua dapat mewujudkan ide dan gagasannya menjadi event-event seni yang berdampak positif bagi ekonomi, budaya, dan lingkungan di Papua,” ujar Galih.
Dia melihat potensi besar Papua dalam sektor ekonomi kreatif, khususnya seni pertunjukan. Ia mendorong pemerintah provinsi untuk membuat roadmap atau peta jalan yang jelas untuk mendukung subsektor seni pertunjukan sebagai lokomotif pengembangan ekonomi kreatif.
“Kita perlu berkolaborasi dengan semua pihak, termasuk pemerintah, komunitas, swasta, media, dan akademisi. Kolaborasi ini sangat penting untuk mendorong program pengembangan ekonomi kreatif ke depan,” tegasnya.
Kolaborasi yang kuat dengan seluruh pemangku kepentingan menjadi kunci keberhasilan pengembangan ekonomi kreatif. Menurut Galih konsep penthahelix dan hexahelix telah memperkaya pemahaman pelaku ekraf tentang pentingnya melibatkan pemerintah, komunitas, swasta, media, akademisi, dan bahkan agregator dalam satu ekosistem.
Namun, di balik istilah-istilah tersebut, yang terpenting adalah semangat kemitraan dan kolaborasi yang inklusif. Khususnya dengan sektor swasta, sinergi ini dapat memberikan dorongan signifikan.
“Misalnya, pemerintah daerah bisa berperan dalam menyediakan program mentoring dan pendampingan untuk mematangkan ide-ide kreatif, sementara sektor swasta dapat memberikan dukungan finansial dan sumber daya lainnya untuk merealisasikan ide-ide tersebut. Dengan demikian, potensi besar Papua dapat dioptimalkan dan diakui secara nasional”,ujarnya.
Dalam sebuah diskusi mengenai pentingnya investasi sosial dalam sebuah event, narasumber Galih menekankan perlunya komunikasi yang baik, empati, dan penghargaan dalam melibatkan publik atau masyarakat.
“Dalam sebuah festival, keterlibatan publik sangat krusial. Oleh karena itu, komunikasi yang efektif, empati menempatkan diri, serta penghargaan terhadap partisipasi masyarakat menjadi kunci sukses,” ujarnya.
Galih juga menyoroti pentingnya gotong royong dalam sebuah festival. Ia menggarisbawahi tiga prinsip utama dalam gotong royong, yaitu Connect, Collaboration, dan Celebrate.
“Dengan Connect, kita membangun hubungan yang kuat dengan komunitas. Collaboration mendorong kita untuk bekerja sama mencapai tujuan bersama. Dan Celebrate adalah momen untuk merayakan keberhasilan bersama,” jelasnya.
Selain itu, Galih juga menekankan pentingnya variasi tema dalam postingan media sosial untuk menarik minat publik.
“Narasi yang kuat juga menjadi elemen penting dalam sebuah festival. Festival bukan hanya sekadar perayaan, tetapi juga sebuah wadah untuk bercerita,” tambahnya.
Mengutip sebuah pepatah, Galih menyatakan, “Tidak ada hubungan yang paling kuat antara manusia selain bercerita.” Oleh karena itu, ia mendorong para penyelenggara festival untuk bercerita melalui konten yang kreatif dengan prinsip 5W+1H.
“Dengan media sosial, kita bisa terhubung dengan seluruh dunia. Namun, kita harus menggunakannya dengan bijak. Mari kita bercerita tentang nilai-nilai unik dan autentik dari setiap kota dan kabupaten di Papua,” ujarnya. (Ai)