JAYAPURA, FP.COM – Oleh Menteri Koordinator Perskenomian Republik Indonesia, Papua disebut sebagai salah satu dari tujuh yang harus ditangani kemiskinannya. Merespons hal tersebut, Menteri Sosial Tri Rismaharini memutuskan untuk berkantor sementara di Papua.
“Saya akan berkantor di Papua agar penanganan kemiskinan lebih efektif. Karena tantangannya cukup berat. Menko Perekonomian telah menyampaikan ada tujuh provinsi,” kata Menteri Risma usai rapat bersama Rektor Uncen Jayapura dan pimpinan ITS, Minggu (3/10/2021).
Risma mengatakan, telah membagi tugas pejabatnya dengan menempatkan mereka di tujuh provinsi tersebut. Namun, khusus di Papua, Risma akan menangani langsung.
Selain berkantor sementara di Papua, dalam upaya pengembangan SDM dan penanganan kemiskinan, Kementerian Sosial juga melakukan upaya lain yakni memfasilitasi Universitas Cenderawasih (Uncen) Jayapura dan Institut Sepuluh November Surabaya (ITS) untuk mentransfer knowledge atau ilmu pengetahuan merancang transportasi air.
Para pakar dari ITS akan dilibatkan dalam mengembangkan alat transportasi air berupa perahu, berkolaborasi dengan para sarjana di Uncen. Kerja sama ini tidak hanya dimaksudkan untuk memastikan terjadinya transfer of knowledge namun lebih jauh juga dengan memberdayakan masyarakat setempat.
“Kita bisa saja membelikan perahu dari luar, tapi kalau seperti itu tidak akan ada transfer knowledge atau ilmu pengetahuan. Oleh karena itu, saya sampaikan ke Rektor Uncen dan ke ITS. Alhamdulillah, keduanya siap membantu,” kata Menteri Risma.
Tidak hanya menyiapkan angkutan air, Kemensos juga berencana mengembangkan transportasi darat berupa sepeda motor dengan baterai produksi ITS bernama “GESITS”. Bahkan, nantinya, tidak hanya sepeda motor, ITS juga akan membuatkan stasiun pengisian energi dengan menggunakan teknologi solar cell.
“Saya sempat berencana untuk mengembangkan mobil listrik, tapi banyak rintangannya seperti harus bikin jembatan dan lain-lain. Maka dari itu yang paling masuk akal adalah mengembangkan motor. Namun motornya harus dimodifikasi untuk menyesuaikan medan. Dari situ, aksesibilitas bisa kita jaga dengan bahan bakar listrik, agar tidak terpaku oleh BBM dan ekonomi bisa jalan.”
Tidak hanya bertujuan untuk meningkatkan aksesibilitas Provinsi Papua, Mensos juga menjelaskan pengembangkan alat transportasi ini sebagai kesempatan bagi mahasiswa yang terlibat untuk meningkatkan keilmuannya.
“Ini memang sulit. Namun ibarat kehidupan ketika kecil kita sulit untuk berjalan, tetapi pada akhirnya bisa berlari, maka dari itu kita harus mulai dari sekarang. Mahasiswa ini akan bisa survive kalau mereka mengerti kondisi lapangan. Kalau hanya teori nanti tidak bisa merancangnya,” kata Risma.
Selain dengan akademisi, Risma mengungkapkan, ke depan akan melakukan komunikasi dengan pihak gereja untuk pemberdayaan masyarakat Papua.
Usaha Kemensos ini tidak luput dari apresiasi tokoh agama setempat. Ketua Sinode Gereja Kristen Injil (GKI) Pdt. Andrikus Mofu mengatakan, alat-alat transportasi ini nantinya akan bermanfaat bagi rakyat Papua.
“Terima kasih untuk Ibu Mensos yang sudah membantu masyarakat Papua. Saya salah satu orang yang sangat mengapresiasi sejak menjadi wali kota Surabaya hingga kini menjadi menteri sosial. Saya yakin, ini adalah karena kehendak Tuhan untuk membuat masa depan Indonesia lebih baik,” katanya. FPKontr1