Pancasila di Tanah Papua: Dari Teluk Youtefa Menuju Hati Anak Negeri

Kunjungan Kepala Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP), Profesor K.H. Yudian Wahyudi ke kantor Gubernur Provinsi Papua, Kamis (12/6)

JAYAPURA,FP.COM – Dalam suasana sore yang hangat dan bersahabat, Kepala Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP), Profesor K.H. Yudian Wahyudi, melakukan kunjungan resmi ke Kantor Gubernur Provinsi Papua. Dari ruang kerja Gubernur yang menghadap langsung ke hamparan indah Teluk Youtefa, pertemuan berlangsung penuh keakraban dan semangat kebangsaan,Kamis (12/6).

Kepala Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP), Profesor K.H. Yudian Wahyudi (kanan) bersama Pj Gubernur Papua Ramses Limbong

Kehadiran Kepala BPIP disambut langsung oleh Penjabat (Pj.) Gubernur Papua,Ramses Limbong, Sekretaris Daerah Provinsi Papua, Suzana Dewijana Wanggai, dan jajaran Forum Koordinasi Pimpinan Daerah (Forkopimda). Kunjungan ini merupakan bagian dari komitmen BPIP untuk merawat ideologi negara di wilayah yang kerap menjadi pusat perhatian nasional, bukan karena kurangnya nasionalisme, tetapi karena banyaknya tantangan kebangsaan yang harus dihadapi.

Read More
iklan

“Kami tidak ingin melihat Indonesia hanya dari ‘kaca mata’ Jakarta,” ujar Kepala BPIP. “Papua harus dilihat dengan mata hati. Karena itu kami datang, mendengar, dan menyerap aspirasi langsung dari tanah ini”, ungkapnya.

“Ini adalah bentuk konkret perintah dari Ketua Dewan Pengarah BPIP, Ibu Megawati Soekarnoputri: turun ke lapangan, lihat dan dengar sendiri”, tambah Prof. Yudian.

Kepala BPIP menegaskan bahwa pendekatan pembinaan ideologi Pancasila tidak bisa diseragamkan. Di Papua, Pancasila justru harus dihadirkan dengan pendekatan yang lebih afektif dan partisipatif.

Dalam pertemuan tersebut, Kepala BPIP mengumumkan rencana kembali ke Papua pada bulan September mendatang untuk menggelar sosialisasi Buku Teks Utama (BTU) Pendidikan Pancasila bagi para guru di seluruh wilayah Papua.

BTU ini telah disusun dan dikembangkan BPIP bersama Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah, dirancang dengan komposisi nilai yang berbeda: 70 persen afektif, 30 persen kognitif. Total 24 buku telah disiapkan, dari tingkat PAUD hingga SMA, untuk siswa dan guru.

“Papua tidak kurang cinta pada Indonesia. Yang perlu kita jaga adalah ruang kebersamaan agar suara mereka tetap merasa didengar dan dihargai,” ungkap Prof. Yudian.

“Kami ingin agar sosialisasi ini menjangkau seluruh provinsi. Pendidikan Pancasila harus menyentuh hati, bukan hanya di lisan,” tegas Kepala BPIP kepada jajaran yang hadir.

Selain itu, BPIP juga mendorong penguatan wawasan kebangsaan di daerah perbatasan dan menggerakan program KKN Pancasila di kampus-kampus Papua. Mahasiswa diharapkan menjadi agen pemersatu dan penggerak nilai kebangsaan melalui kerja nyata bersama masyarakat.

Pj. Gubernur Papua, Ramses Limbong, menyambut baik langkah ini dan memberikan sejumlah catatan penting. “Kami menyarankan agar materi Pancasila dibuat lebih ringan, mudah dipahami anak-anak, dan disesuaikan dengan konteks kekinian. Dengan pendekatan lokal seperti musik, sepak bola, budaya. Kami yakin pesan Pancasila akan lebih diterima,” ujar Pj Gubernur.

Dia juga menekankan bahwa masyarakat Papua memiliki nasionalisme yang kuat. “Orang Papua, dari kota hingga pelosok kampung, bisa bahasa Indonesia. Papua ini sangat Indonesia. Tapi tantangan kita adalah menjaga rasa kesatuan di tengah derasnya arus informasi”, tuturnya.

“Kami butuh pembinaan ideologi yang menyentuh dan relevan, agar anak muda Papua tidak merasa asing di tanah airnya sendiri”, tambahnya.

Suasana hangat dan kekeluargaan mewarnai pertemuan yang diiringi sinar keemasan mentari sore di ufuk pantai Jayapura. Kepala BPIP juga menyampaikan bahwa Papua bukan hanya penting secara geografis, tetapi juga strategis dalam membumikan nilai-nilai luhur bangsa.

Di akhir pertemuan, BPIP mengingatkan bahwa setiap tahun lembaga ini memberikan Anugerah Insan dan Ikon Prestasi Pancasila. Tahun lalu, salah satu anak muda dari Papua terpilih karena aksi penanaman mangrove bersama masyarakat. “Yang dibutuhkan masyarakat bukan hanya pemahaman, tapi keteladanan. BPIP hanya memberi stimulus. Gotong royong masyarakatlah yang menghidupkan Pancasila,” pungkas Kepala BPIP.

Dalam lawatannya ke Tanah Papua, Kepala BPIP didampingi Deputi Bidang Hubungan Antarlembaga, Sosialisasi, Komunikasi, dan Jaringan, Ir. Prakoso dan Direktur Jaringan dan Pembudayaan sekaligus Plt. Direktur Hubungan Antarlembaga dan Kerjasama, Toto Purbiyanto. (Rilis : HA/FA)

Related posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *