Tol Laut Pelabuhan Depapre Tekan Biaya Angkut Logistik

Plt. Kepala Bulog Kanwil Papua dan Papua Barat, Mohammad Alexander.

JAYAPURA, FP.COM – Plt. Kepala Bulog Kanwil Papua dan Papua Barat, Mohammad Alexander menyambut baik kehadiran tol laut Pelabuhan Depapre. Menurutnya, tol laut Pelabuhan Depapre dapat menekan biaya angkut logistik terutama beras dari Kabupaten Merauke.

“Biaya distribusi pengadaan beras dari Merauke selama ini cukup tinggi terutama di angkutan lantaran jalurnya ke Surabaya dan Makassar dulu, baru ke Jayapura. Jadi biaya angkut lebih efisien dengan kehadiran Pelabuhan Depapre dengan jalur distribusi melalui Trayek19 (T19) yaitu Merauke, Fak Fak, Biak dan Jayapura,” kata Mohammad, Selasa (9/2/2021).

Read More
iklan

Seperti diketahui, Kementerian Perhubungan melalui Direktorat Jenderal Perhubungan Laut berhasil melakukan uji coba dan memberikan pelayanan sandar dan bongkar muat perdana sebuah kapal kontainer dengan ukuran besar berbobot 3.901 deadweight tonnage (DWT) di Pelabuhan Depapre, Distrik Depapre, Kabupaten Jayapura, Papua pada Rabu (27/1/2021).

Menurut Mohammad, kapal tersebut telah membawa 400 ton beras Bulog dari Merauke. Pengadaan beras dari Merauke selain didistribusikan untuk wilayah Jayapura dan sekitarnya, juga didistribusikan ke Kabupaten Jayawijaya sebagai penghubung untuk 7 kabupaten lainnya di Papua.

Meski menyambut baik kehadiran tol laut Pelabuhan Depapre, namun pihaknya menyarankan kepada pemerintah agar sarana dan prasarana ditingkatkan.

“Seperti akses jalan belum bisa menampung kendaraan bermuatan lebih dari 5 ton. Sehingga beras yang diangkut dalam peti kemas terlebih dulu dibongkar lalu dipindahkan ke mobil truk. Dari sisi waktu, tidak efisien. Kalau akses jalannya suda bagus, beras atau bahan pangan lainnya tak perlu lagi dibongkar dari peti kemas, jadi langsung diangkut ke truk pengangkut peti kemas,” kata Mohammad.

Selain akses jalan, dia juga menyarankan pembangunan gudang logistik yang memadai sesuai dengan standar penyimpanan bahan pangan.

“Perlu diperhatikan untuk komoditas pangan lainnya seperti gula pasir, tepung terigu, artinya punya perlakuan khusus karena memang ada standar tertentu untuk menampung komoditi pangan, seperti dari sisi kelembapan,” jelasnya. (FPKontr1)

Related posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *