Ungkapan Hati Tiga dari 26 Kelompok Ekonomi Kreatif yang Terima Bantuan Pemprov Papua

Mama Since Yaas Awes (Kanan) dan Mama Ema Awes (kiri) Pengrajin Tenun Terfo dari Kampung Bagaiserwar Kabupaten Sarmi Provinsi Papua.

JAYAPURA, FP.COM – Usia boleh uzur, tapi semangat untuk berkarya terus membara. Begitu kira-kira yang kita temukan saat bercakap dengan Mama Since Yaas Awes, 66 tahun, seorang pengrajin batik dari Kabupaten Sarmi. Since adalah ketua sanggar Sumsar yang berada di Bagaiserwar, salah satu kampung di wilayah administrasi berjuluk Kota Ombak itu.

Since memperkenalkan tenun terfo, kain khas daerahnya, bahan dasar untuk busana adat. Aslinya, terfo dirajut dari serat bagian dalam pohon nibung, sejenis palem yang banyak tumbuh di daerah Sarmi.

Read More
iklan
Syal tenun Terfo dari serat kayu (kiri) dan syal tenun Terfo berbahan dasar benang (kanan)

Seiring perkembangan zaman, terfo mengalami modernisasi, di mana bahannya tak lagi menggunakan serat nibung melainkan benang produksi pabrik. Menurut Since, penggunaan benang pabrik dimaksudkan untuk menjangkau pasar lebih luas, karena harganya yang murah. Sebagai bayangan, harga kain terfo dari serat nibung mencapai lima juta rupiah.

“Supaya orang bisa beli, mama buat dengan benang dan mama jual mulai dari 100 ribu, sampai 500 ribu yang paling mahal,” ujarnya kepada Fokus Papua usai menerima bantuan peralatan dan bahan bersama 25 kelompok ekonomi kreatif lainnya dari Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Papua, di Kotaraja, Kamis (16/11/2023).

Selain pakaian adat, terfo kini dikembangkan dalam ragam atribut, misalnya syal. Dibantu dua koleganya, Since juga mengerjakan batik tulis dan batik cap. Di Sarmi, karya mereka sudah cukup dikenal bersama dengan batik Bonggo dan Mararena, dua sanggar pengrajin batik  penerima bantuan.

Dengan dukungan ini, para pengrajin berharap mampu berproduksi dalam jumlah banyak untuk menjangkau pasar di Kabupaten dan Kota Jayapura. “Terima kasih untuk Pemerintah Provinsi Papua sudah fasilitasi dan bantu kami Mama-mama dari kampung Bagaiserwar,” ucap Since.

Penerima bantuan serupa adalah grup musik Oyandi, besutan Nelius Awaki, asal Mamberamo Raya. Grup ini sudah punya cukup nama setelah tampil pada pembukaan PON XX 2021 lalu. Nelius dan rekannya memperoleh dukungan berupa alat musik seperti gitar biasa,gitar elektrik dan keyboard masing-masing 1 buah. Lalu ada juga ukulele, saxophone, seruling, harmonika, gendang, gitar kapok biasa dan tamborin masing-masing berjumlah 2 buah.

“Kami sudah sering tampil di event baik di Kota, Kabupaten Jayapura, dan Mamberamo. Ini pertama kali kami mendapat dukungan dari pemerintah provinsi. Untuk itu kami ucapkan terima kasih, alat ini akan kami gunakan untuk kepentingan grup berkembang terus,” ujar Nelius.

Nelius Awaki

Baca Juga : Disbudpar Papua Harapkan Partisipasi Banyak Pihak untuk Kemajuan Musik Etnisitas https://fokuspapua.com/disbudpar-papua-harapkan-partisipasi-banyak-pihak-untuk-kemajuan-musik-etnisitas/

Fokus Papua juga menemui Lusy Umbora, seorang desainer muda jebolan Papua Youth Creative Hub (PYCH) yang karyanya mulai merambah dunia internasional. Lusy, pemilik label Shmini Art ini baru saja mengikutsertakan karyanya di Garden Senato Milan, Italia, Oktober lalu. Meskipun tidak terbang langsung ke kota mode itu, namun ia mengaku bangga desain busana miliknya bisa go internasional.

Shmini Art menerima bantuan dua etalase, kompresor mini, kemoceng bulu ayam coklat, sepasang manekin untuk cowok dan cewek. “Saya sangat bersyukur karena ada perhatian dari pemerintah kepada pelaku ekonomi kreatif di Kota Jayapura.”

“Harapan saya, pemerintah khususnya dispar (dinas pariwisata-red) terus memberikan dukungan kepada kami pelaku ekraf agar kami bisa terus berkarya. Dan lewat karya-karya kami, sektor pariwisata Papua semakin dikenal,” tambah Lusy.

Baca Juga : Pengembangan Pariwisata dan Ekokraf Harus Didukung Aksesibilitas yang Memadai  https://fokuspapua.com/pengembangan-pariwisata-dan-ekokraf-harus-didukung-aksesibilitas-yang-memadai/

Sementara itu, Kepala Bidang Ekonomi Kreatif Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Papua, Boni Asso, mengatakan poin penting dari intervensi pemerintah ini adalah memacu kinerja subsektor ekonomi kreatif termasuk mendorong harga yang kompetitif.

“Perlu kami ingatkan tentang harga. Paling tidak, dari dukungan alat dan bahan ini, bapak/Ibu bisa menghitung harga yang sesuai sehingga produknya bisa bersaing dengan produk komersial lainnya.”

Boni optimis jika harga produksi yang ditekan maka industri pariwisata Papua semakin berkembang.
(*)

Related posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *