ARSO, FP.COM – Selain jagung yang kini jadi primadona, Keerom juga memiliki sejumlah komoditi pertanian lain seperti bete, keladi dan ubi jalar, bahkan kopi jenis arabika dan robusta yang banyak dikembangkan di Waris.
Pemerintah Kabupaten Keerom cukup jeli melihat peluang untuk meningkatkan taraf perekonomian masyarakat dari komoditas tadi. Pemerintah kemudian membuat program agar aneka komoditi ini dapat menjadi produk olahan lewat industri pangan berskala kecil maupun sedang. Meskipun baru dirintis, target utama dari industri ini tak main-main: menembus pasar regional dan internasional.
Pekan ini, di ibukota Negeri Tapal Batas, Arso, dilaksanakan sebuah pelatihan bertajuk peningkatan produk dan keamanan pangan untuk produk berdaya saing selama tiga hari dan diikuti 25 pelaku UMKM. Ada beberapa jenis produk olahan yang dihasilkan, mulai camilan stik, tepung ubi, wafer cokelat bermerek, hingga kopi bubuk.
Poin penting dari pelatihan ini yaitu bagaimana produk memenuhi standar mutu. Bupati Keerom Piter Gusbager pada penutupan kegiatan, mengatakan, kualitas produk dan keamanan pangan menjadi salah satu faktor kunci kesuksesan Usaha Kecil, Mikro dan Menengah (UMKM) untuk naik kelas.
“Perlu dipahami mengapa peningkatan kualitas produk sangat penting bagi UMKM, karena kualitas produk yang baik memberikan kepuasan kepada pelanggan dan membangun kesan yang positif. Produk yang berkualitas cenderung lebih aman untuk dikonsumsi, tahan lama, memiliki tampilan yang baik, dan memberikan nilai tambah bagi pelanggan. Hal ini akan menciptakan image positif pelanggan dan memungkinkan UMKM untuk dapat menciptakan diferensiasi di pasar dan menarik konsumen yang semakin cerdas. Ini pula yang memungkinkan UMKM Kabupaten Keerom mendapatkan posisi yang kuat di pasar dalam menghadapi persaingan dengan lebih baik,” ujar Gusbager, Kamis (13/07) di Arso Grande Hotel.
Bupati Gusbager mengaku sangat optimis dengan potensi pertanian daerahnya. Tidak hanya pelatihan, sang pemimpin daerah juga getol mengucurkan bantuan modal dan peralatan bagi pelaku UMKM.
“Melalui pelatihan untuk produk olahan pangan ini juga bagian yang tidak terpisahkan dari strategi kita untuk membantu UMKM. Salah satunya bagaimana hasil pertanian yang kita punya jadi produk olahan, misalnya melon yang banyak, bisakah jadi sirup?. Kita punya salak, talas, singkong, ubi-ubian yang banyak, bisakah jadi keripik dan tepung?. Bawang kita punya, bisakah jadi bawang goreng yang masuk ke pasar? Tentu semuanya bisa, ini dibutuhkan inovasi dan teknologi, harus ada intervensi dan kebijakan juga di dalamnya oleh pemerintah.”
Interveni pemerintah dalam mendorong kemajuan UMKM ini juga ditunjukkan dengan niat membentuk inkubator bisnis. Tujuannya mempercepat keberhasilan dan pertumbuhan bisnis UMKM melalui serangkaian sumber daya dan layanan pendukung bisnis yang mencakup pembinaan, layanan umum, modal, dan koneksi jaringan yang dilakukan oleh lembaga atau organisasi.
“Perlu segera dibentuk inkubator bisnis UMKM Kabupaten Keerom, hal ini bermanfaat untuk meningkatkan pengetahuan dan akses permodalan, memperluas jaringan bisnis, mengembangkan strategi pemasaran usaha, pelatihan dan mentoring bisnis dari ahlinya, pemahaman soal etika bisnis, pengelolaan investasi dan pengetahuan soal bisnis secara umum,” jelas Gusbager.
Kepala Dinas Perdagangan Koperasi dan UKM Kabupaten Keerom Rully Ririmase menambahkan, inkubator bisnis ini mendorong pelaku UMKM pemula untuk berkembang dengan perencanaan bisnis yang baik dalam menghadapi persaingan pasar dan juga mengantisipasi minimnya suntikan dana dari investor.
“Oleh karena itu, banyak yang menganggap bahwa setiap rintisan usaha membutuhkan program inkubator bisnis terlebih dahulu, agar bisnis yang dijalankan menjadi lebih mantap dan siap diluncurkan ke tengah masyarakat,” ujar Ririmase.
“Setelah pelatihan demi pelatihan, kami merasa penting sekali untuk membentuk inkubator bisnis UMKM, di situ para pelaku usaha akan diseleksi dan kemudian dibuat kategorinya, mereka akan dilatih dengan berbagai macam pelatihan sampai produknya itu bisa masuk dan diterima oleh pasar, bahkan sampai mereka bisa mandiri.”
Ririmase juga mengatakan, para peserta pelatihan ini dalam masa pra incubator. Kalau produknya sudah ada tahun depan, mereka akan masuk dalam inkubator untuk inkubasi dan mendapatkan pelatihan manajemen bisnis, bagaimana mengakses permodalan, bagaimana masuk dalam pasar modern, perizinan, hingga pasar online.
“Inkubator bisnis ini akan didampingi oleh para tenaga ahli dari perguruan tinggi,” katanya.
Perhatian serius pemerintah daerah ini mendapat respons positif dari para peserta yang merupakan pelaku UMKM. Endang Astuti misalnya, pengusaha yang punya produk stik ubi ungu dan stik keladi ini mengaku tahu cara pengemasan yang baik lewat pelatihan ini. Dengan begitu, dia makin yakin untuk bersaing di pasar ritel di Jayapura.
“Kami mengharapkan dari dinas perdagangan untuk membuat pelatihan lagi supaya UMKM keerom lebih maju,” ujar wanita asal Arso 6 ini.
Lain lagi dengan Rita, meskipun produknya yang berbahan sagu berupa wafer dengan merek “Beng Beng Sagu” dan kue kering sudah lama masuk di pasaran, bahkan telah menjadi binaan salah satu lembaga perbankan, namun ia tak segan untuk mengikuti pelatihan ini. Ia juga merasa bangga karena hasil kreasinya itu telah dicicipi oleh Presiden Republik Indonesia Joko Widodo pada peresmian Papua Youth Creative Hub (PYCH) medio Maret lalu.
“Kegiatan ini memotivasi saya untuk terus maju bersama teman-teman di sini. Terima kasih untuk pemerintah daerah, semoga ini bisa terus ditingkatkan karena selama ini saya (belajar) otodidak, bahkan mencari pasar hingga dibina juga oleh bank,” kata Rita yang asal PIR 2 ini.
Selain Endang dan Rita, ada juga Anton Yaboisembut yang mengolah ubi, singkong dan jagung jadi tepung. Anton bahkan sudah punya brand sendiri bernama Embun Yamua. “Pelatihan ini sangat baik, memberi kami pemahaman tentang cara pengemasan yang baik agar hasil produksi kami dapat terlihat lebih menarik.”
“Harapan kami agar dinas perdagangan dapat membantu kekurangan kami dalam hal peralatan dan semoga ada pelatihan lagi agar UMKM di sini lebih maju,” tambah Anton. (*)