Bupati Keerom Resmikan Fasilitas Publik di Terfones dan Gaungkan Perdamaian untuk Masyarakat Perbatasan

Peresmian PKM Terfones yang ditandai pengguntingan pita (8/12)

TERFONES, FP.COM – Bupati Keerom Piter Gusbager kembali mengunjungi kawasan perbatasan, tepatnya di Terfones, Distrik Towe, delapan Desember lalu. Di kampung ini Bupati Gusbager punya seabrek agenda peresmian fasilitas publik seperti bangunan sekolah menengah pertama, sekolah menengah atas dan kejuruan berpola asrama dan juga puskesmas. Bangunan baru ini cukup megah dan terstandarisasi, layaknya fasilitas di perkotaan.


Usai peresmian, Bupati Gusbager menitipkan harapan dan doa bagi kemajuan masyarakat di wilayah tersebut. “Saya titip kepada mayarakat adat, pemerintah kampung, distrik dan juga kepada gereja GIDI tolong jaga fasilitas ini, jaga baik-baik, dirawat, dipelihara untuk kepentingan umat Tuhan di sini. Jangan ada yang coret-coret bangunan ini, jangan ada yang curi lampu-lampunya, jangan ada yang lepas kacanya, jangan ada yang lepas pintunya dan jangan ada yang datang (minum-red) miras (minuman keras-red) di tempat ini.”

Read More
iklan

“Saya tantang keras aktivitas yang merusak bangunan sekolah dan puskesmas, karena di sinilah manusia Keerom dicetak, disiapkan untuk memimpin dirinya sendiri di masa yang akan datang,” sebut Gusbager.

Dedikasi ini diharapkan Gusbager direspons balik oleh masyarakat Terfones dan umumnya Towe. “Untuk itu, saya pesan, dukung anak-anak kita untuk sekolah. Jangan mereka ke kebun dan dusun di hari sekolah. Saya pesan miras, narkoba, ganja dijauhi. Kita sedang membangun dan Tuhan sedang memberkati wilayah ini,” pintanya.

Keerom yang luasnya hampir 9.365 km² berbatasan dengan negara Papua Nugini dan juga Distrik Yetfa (Kabupaten Pegunungan Bintang). Dengan posisi seperti ini, Gusbager mengajak seluruh masyarakat untuk hidup berdampingan dalam damai.

“Saya titip (masyarakat-red) wilayah Yetfa yang ada di wilayah Keerom. Tidak boleh ada konflik karena berbeda kabupaten. Jaga baik wilayah ini, supaya wilayah ini damai. Orang Keerom dan Pegunungan Bintang itu adalah saudara. Saya tidak mau dengar konflik Pegunungan Bintang dan Keerom, kita saudara hanya beda kabupaten. Juga bagian Bias dan PNG hidup baik-baik, kita adalah saudara,” serunya.

Terakhir dalam sesi itu, Gusbager juga meminta partisipasi masyarakat lokal ikut bertanggung jawab terhadap pelestarian hutan. Hutan ini nantinya dapat menjadi modal penggerak ekonomi dalam sebuah pembangunan. Hutan harus dijaga, dikelola, dilestarikan dan dimanfaatkan secara berkelanjutan untuk kesejahteraan generasi sekarang maupun yang akan datang.

“Saya titip juga hutan-hutan dan kali, dusun di sini, jaga baik karena di situlah kehidupan orang asli Papua. Kalau hutan, dusun sagu hancur karena kalian bawa masuk segala macam alat berat maka kehidupan dan sekolah ini semua sia-sia kita bangun, masa depan akan hancur.” (*)

Related posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *