Chef Chato Berbagi Resep Kuliner dengan Para Pengelola Destinasi Wisata Kota Jayapura

Chef Charles Toto menyerahkan es Bougenville kepada Kabid Pariwisata Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Elius Wantik.

ABEPURA, FP.COM – Puncak dari kegiatan pelatihan peningkatan inovasi dan higienitas sajian kuliner di destinasi pariwisata, Jumat (3/12/21) yang digelar Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Papua di salah satu hotel di bilangan Abepura menghadirkan chef kenamaan, Charles Toto, pendiri Jungle Chef Community.

Read More

Momen ini jadi kesempatan Chef Chato, sapaannya, mengampanyekan pemanfaatan tumbuhan dan bunga sebagai bahan baku pengolahan sajian kuliner. Ia membagikan ilmu itu kepada para peserta pelatihan yang merupakan mama-mama pengelola destinasi wisata.

Misalnya saja, untuk sajian teh, ia menggunakan bahan dari tanaman-tanaman herbal atau edible flowers, mulai dari bunga bougenvile, knop, buah kersen, belimbing asam. Atau untuk tepung, bisa dibuat dari keladi, batatas (ubi jalar), juga sagu.

Kitong belajar dari apa yang ada di sekitar kita, yang mudah ditemui di kampung-kampung,” ujarnya.

Sebagai penggiat dan pemerhati kuliner berbahan lokal, Chato mengharapkan adanya pemetaan kawasan kuliner asli Papua dengan memanfaatkan penyebaran destinasi wisata yang tersebar di beberapa wilayah kampung yang berada di Kota Jayapura.

“Wisata kuliner saya kira masih jauh dari yang kita harapkan sebelum ada makanan-makanan lokal yang dipresentasekan atau tempat-tempat khusus yang dibuat menjadi gerai untuk orang berwisata kuliner dan belajar tentang kuliner Papua.”

“Ada 14 kampung di Kota Jayapura, kalau bisa itu ditata baik menjadi destinasi wisata kuliner, saya kira itu dibutuhkan oleh mereka yang datang ke sini,” tutup Chef Chato.

Peserta pelatihan berpose bersama Chef Chato dan panitia kegiatan

Kepala Bidang Pariwisata Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Papua, Elius Wantik, mengatakan, pelatihan ini merupakan bagian dari tujuh paket kegiatan dinasnya sepanjang tahun 2021 dalam rangka penguatan sektor pariwisata dari sisi sumber daya manusia hingga sarana prasarana.  

“90 persen pariwisata itu bisnis, makanya kenapa kita harus adakan pelatihan-pelatihan, bagaimana mengelola keuangan, bagaimana mengatur modalnya dengan baik supaya bisa menuju kepada sustainable tourism development,” bebernya.

“Walaupun pariwisata itu luas, tapi kami melihat kuliner sebagai suatu hal yang penting, kuliner di Papua harus bisa disajikan dengan standar higienitas yang baik supaya wisatawan yang datang itu bisa menikmati sesuai dengan standar tersebut,” lanjutnya.

Menurutnya, tujuan besar kegiatan ini adalah kebangkitan dan kemandirian ekonomi masyarakat melalui pengelola destinasi pariwisata.

“Orang Papua harus bangkit secara ekonomi dan mandiri, sejahtera serta berkeadilan. Melalui kegiatan ini, kami mendorong adanya kebangkitan ekonomi keluarga,” kata Wantik.

Ia mengharapkan, dengan ilmu-ilmu baru yang diterima, peserta pelatihan mengubah mindset, memiliki inovasi dan kreatifitas.

“Jangan hanya mengikuti pelatihan saja tapi pulang dari sini, ilmu nya harus diterapkan,” tambahnya. (*)

Related posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *