Hilirisasi Mineral jadi Sorotan Utama Konvenas AIHII,Didukung Penuh PT Freeport

Dengan antusias, para akademisi mengikuti pemaparan menarik Claus Wamafma, Vice President of Community PTFI, tentang integrasi hulu-hilir dalam pertambangan pada Konvensi Nasional AHI ke-15 di Jayapura.

JAYAPURA, FP.COM – Keberhasilan penyelenggaraan Konvensi Nasional ke-15 AIHII di Universitas Cendrawasih (Uncen) tidak terlepas dari dukungan penuh PT Freeport Indonesia (PTFI).

Uncen, sebagai tuan rumah, secara khusus mengundang PTFI untuk berpartisipasi dalam acara ini sebagai bentuk apresiasi atas kontribusi perusahaan dalam memajukan pendidikan tinggi di Papua. Partisipasi aktif PTFI telah memperkaya diskusi akademik dan memberikan nilai tambah bagi seluruh peserta.

Read More

Sebagai narasumber utama dalam sesi diskusi mengenai hilirisasi mineral, PTFI membuka ruang bagi para akademisi untuk menggali lebih dalam potensi dan tantangan dalam mengembangkan industri pertambangan yang berkelanjutan di Indonesia.

Usai paparan, Claus Wamafma, Vice President of Community PTFI, membuka ruang diskusi yang dipandu oleh Agus Haryanto, Ketua Umum PP AIHII.

Direktur & Executive Vice President Sustainable Development PT Freeport Indonesia (PTFI), Claus Wamafma, kembali menegaskan komitmen perusahaan dalam menjalankan praktik pertambangan yang berkelanjutan. Hal ini disampaikan dalam Konvensi Nasional ke-15 Asosiasi Ilmu Hubungan Internasional Indonesia (AIHII) di Jayapura, 8-11 Oktober.

“Dengan beroperasinya smelter baru, PTFI akan mengolah batuan bijih tambang hingga menjadi katoda tembaga di dalam negeri. Ini menjadikan Indonesia diprediksi masuk dalam 5 besar produsen katoda tembaga dunia, dengan total produksi mencapai 1,5 juta ton per tahun. PTFI sendiri akan berkontribusi 1 juta ton dari jumlah tersebut,” ungkap Claus di hadapan para akademisi dari 45 universitas di Indonesia.

Kenaikan produksi ini akan menjadikan Indonesia sebagai salah satu pemain kunci dalam pasokan tembaga global, seiring dengan meningkatnya permintaan dunia terhadap logam merah ini.

“Hal ini semakin memperkuat komitmen PTFI dalam menjalankan praktik pertambangan yang berkelanjutan dengan mengedepankan prinsip Environmental, Social and Governance (ESG),” tambah Claus.

Dalam upaya menerapkan prinsip ESG, PTFI telah menetapkan sejumlah target ambisius. Perusahaan berkomitmen untuk mengurangi emisi karbon sebesar 30% pada tahun 2030 melalui berbagai inisiatif, seperti penggunaan kereta listrik di tambang bawah tanah dan penanaman mangrove seluas 100 hektare per tahun.

Selain aspek lingkungan, PTFI juga fokus pada pembangunan sosial. Berbagai program telah dilaksanakan, termasuk program beasiswa, pembangunan sekolah, dan pelatihan guru.

Di bidang kesehatan, PTFI memberikan layanan kesehatan gratis bagi masyarakat tujuh suku di Papua serta membangun fasilitas kesehatan.

Dalam bidang ekonomi, PTFI mendukung pengembangan UMKM melalui akses pasar dan pelatihan. Perusahaan juga berperan aktif dalam pembangunan infrastruktur seperti jalan, jembatan, dan fasilitas umum lainnya.

“PTFI juga berkolaborasi dengan pemerintah daerah untuk mengurangi ketergantungan ekonomi masyarakat. Saat ini, kontribusi sektor non-tambang di Mimika telah meningkat, menunjukkan keberhasilan program-program pemberdayaan masyarakat,” jelas Claus kata dihadapan para guru besar dan dosen dari 45 universitas di Indonesia

Sebagai informasi, AIHII merupakan organisasi yang mewadahi para akademisi ilmu hubungan internasional di Indonesia. Konvensi Nasional ke-15 AIHII mengangkat tema “Kontestasi Pendekatan Keamanan Tradisional Dan Non-Tradisional Di Kawasan Indo-Pasifik”. (Ai/Corcom PT Freeport Indonesia)

Related posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *