JAYAPURA, FP.COM – Badan Kependudukan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Provinsi Papua memulai sebuah gerakan bersama semua pihak dalam kegiatan bertajuk kick off intervensi serentak pencegahan stunting yang diawali di Kota Jayapura, Rabu (19/6).
Nantinya gerakan yang sama diharapkan dapat dilakukan di 28 kabupaten di Provinsi Papua, Papua Pegunungan, Papua Tengah dan Papua Selatan.
Kepala BKKBN Papua Nerius Auparay mengatakan, gerakan Intervensi serentak pencegahan stunting merupakan aksi bersama melalui pendataan, penimbangan, pengukuran, edukasi bagi seluruh ibu hamil dan balita.
Untuk itu, dalam kick off kemarin yang berlangsung di Posyandu Prima Kencana Waripoi, Kotaraja, juga dilakukan pengukuran, penimbangan dan edukasi melalui posko sasaran bagi calon pengantin (catin), pasangan usia subur (pus) dan remaja putri (rematri) yang berkolaborasi dengan Dinas Kesehatan kota Jayapura.
Nerius mengatakan, langkah terpenting dari intervensi serentak pencegahan stunting ini yakni memastikan dilakukannya pendataan seluruh calon pengantin, ibu hamil dan balita yang ada di wilayah kerja BKKBN Papua. Termasuk memastikan catin yang belum didata, ibu hamil dan balita hadir ke posyandu, serta memastikan tersedianya alat antropometri yang berstandar tersedia di posyandu.
“Kick off hari ini menandai semua posyandu di Papua harus melakukan pemeriksaan menyeluruh kepada kelompok sasaran karena hasilnya itu yang akan dijadikan sebagai laporan penurunan stunting Papua. Jadi, seluruh kelompok sasaran itu harus dibawa ke posyandu,” tegas Nerius.
Di tempat yang sama, Penjabat Walikota Jayapura Christian Sohilait mengatakan, intervensi serentak ini patutnya mendapat dukungan semua pihak tanpa sekat maupun ego sektoral.
“Semua orang harus terlibat. Kalau sebelumnya yang terlibat hanya dinas kesehatan saja, atau BKKBN saja, atau Dinas Pemberdayaan Perempuan saja maka hari ini kita kick off intervensi harusnya banyak orang terlibat. Hari ini ada posyandu, TNI, Polri, Agama, dan lain-lain. Kita berharap semakin banyak orang terlibat dalam penanganan ini,” ujar Sohilait.
Tak sekadar keterlibatan stakeholder, menurut Sohilait, peran utama orang tua menjadi kunci keberhasilan intervensi yang dimulai pemerintah.
“Setelah intervensi, orang tua tidak melanjutkan apa yang dilakukan hari ini maka anak akan sakit lagi, anak akan pendek lagi, tidak bergizi, tidak pintar dan kecerdasan menurun. Maka kita pastikan harus berkesinambungan,” tutup mantan sekda Lanny Jaya ini. (Ai)