Liverpool Juara Tanpa Mahkota?

Momen ketika Liverpool merengkuh gelar juara Liga inggris terakhir kali, musim 1989/1990/Istimewa

JAYAPURA, FP.COM – Bicara soal performa, boleh jadi, musim 2019/2020 adalah yang terbaik Liverpool sepanjang sejarah keikutsertaanya di Liga Inggris. Bayangkan saja, hingga pekan ke-29, sebelum otoritas sepak bola Inggris FA memutuskan menghentikan sementara seluruh kompetisi di negara Ratu Elizabeth tersebut akibat wabah Covid-19, The Reds telah unggul 25 poin dari saingan terdekatnya, Manchester City di liga utama.

Artinya, The Citizen, julukan City, butuh sembilan kemenangan untuk mengejar poin Virgil van Dijk dan kawan-kawan. Itu pun tak cukup, syarat lainnya, anak asuh Jurgen Kloop harus kalah dalam sembilan partai sisa. Sesuatu yang rasanya mustahil.

Read More
iklan

Dominasi Liverpool di musim ini memang mengerikan. Liga Inggris yang dianggap paling kompetitif di dunia dibuat tak menarik. Mereka jadi kuda pacu tunggal dengan catatan sebiji kekalahan dari 29 partai.

Tak heran, di akhir tahun 2019, bersamaan dengan memanasnya hubungan Amerika Serikat dan Iran, muncul gurauan, hanya Perang Dunia III yang bisa mengagalkan Liverpool menjadi juara.

Kini, lelucon itu hampir jadi kenyataan. Hati The Kopites (suporter Liverpool) sedang was-was menunggu keputusan FA tentang kelanjutan liga.

Padahal, mengangkat tropi Liga Inggris merupakan kerinduan klub ini, (mungkin) melebihi tropi si kuping besar, Liga Champions Eropa. Terakhir kali gelar itu mampir di Anfiled pada tahun 1990, 30 tahun silam, ketika itu mereka diperkuat striker kawakan Ian Rush. Musim lalu mereka tersalip di pekan-pekan terakhir. Itu sebab, jargon “next years” yang kerap kali digaungkan sebagai pelecut semangat tim kini berubah menjadi “this year”.

Namun pesta perayaan yang sudah disiapkan jauh-jauh hari terancam buyar. FA hingga detik ini belum memutuskan apakah kompetisi tetap dilanjutkan atau berakhir tanpa juara juga degradasi.

Tanda-tanda mimpi buruk itu bisa jadi kenyataan, setelah FA resmi menghentikan kompetisi Divisi 6 dan 7 Liga Inggris, di mana seluruh hasil pertandingan serta klasemen dianggap invalid.

Pihak Liverpool sendiri tampaknya sudah siap dengan kemungkinan terburuk. Setidaknya itu tercermin dari pernyataan juru taktik Liverpool Jurgen Klopp.

“Sekarang, sepak bola tidak lebih penting dibanding menyelamatkan ribuan nyawa manusia,” ujar Klopp.

Kepedulian Klopp terhadap kesehatan pemainnya, sempat ia tunjukkan dalam partai perdelapan final Liga Champions Eropa melawan Atletico Madrid bulan lalu. Ia terekam kamera mengumpat kepada seorang suporter yang hendak menjabat pemainnya.

Klopp sangat percaya apa pun kebijakan yang nanti akan diputuskan oleh FA adalah yang terbaik bagi sepak bola dan seluruh dunia. Nah, sebagai penggemar sepak bola yang menjunjung tinggi nilai kemanusiaan, kedewasaan Klopp sebagai gambaran sikap timnya patut mendapat penghormatan. Dengan begitu, fans tak perlu menyesal jika kemudian The Reds batal menjadi jawara Inggris musim ini. Keikhlasan telah membentuk piala di setiap hati insan sepak bola. (Ray)

Related posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *