JAYAPURA, FP.COM – Sejumlah seniman dan pecinta tari di Papua berkesempatan unjuk kebolehan dalam ajang lomba tari yang akan digelar pada bulan September mendatang.
Technical meeting untuk perlombaan ini telah dilaksanakan pada Kamis (15/8) di salah satu hotel di Kota Jayapura.
Lomba yang diinisiasi oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Papua ini terbagi menjadi dua kategori utama, yakni tari kreasi Papua dan tari dansa modern.
Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan apresiasi masyarakat terhadap seni tari, khususnya di kalangan generasi muda, serta melestarikan kekayaan budaya Papua.
“Lomba tari ini diharapkan dapat menjadi wadah bagi para penari untuk mengembangkan potensi dan kreativitasnya,” ujar Boni Asso, Kepala Bidang Ekonomi Kreatif Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Papua.
“Kami optimis kegiatan ini akan mampu menarik minat generasi muda untuk lebih aktif dalam melestarikan budaya Papua.”
Salah satu peserta lomba, Handry Modouw dari sanggar seni Feuw Henna Imea, mengungkapkan keinginannya untuk mengangkat kembali tari pemujaan suku Heram.
Tari ini merupakan warisan budaya yang sangat sakral bagi masyarakat Sentani Timur.
Sanggar seni Feuw Henna Imea telah mempersiapkan diri dengan matang. Mereka menjanjikan pertunjukan yang tidak hanya menghibur, tetapi juga mendidik.
Tarian yang pernah memukau penonton pada Pekan Tari Rakyat Nasional di Jakarta tahun 1981 dan Festival Seni Internasional di Thailand pada tahun 1984 ini akan kembali ditampilkan.
“Karena tari pemujaan ini untuk seluruh suku Sentani itu mungkin hanya ada di salah satu suku saja yaitu suku Heram wilayah Sentani Timur. Cuma satu suku itu saja yang terdiri dari Asei Kecil,Ayapo,Waena,Yoka dan Phuai. Jadi 5 suku. Saya rasa momen ini sangat bagus untuk kita mengangkat budaya yang sementara tenggelam,” ujar Handry.
Riko, juri lomba yang memiliki pengalaman luas di bidang tari dansa modern, menekankan pentingnya memadukan unsur tradisi dan modern dalam koreografi tari.
“Ke depan perkembangan dunia tari semakin maju seperti teknologi maka kemampuan seorang koreografer sangat penting memadukan unsur-unsur moderen itu.”
“Unsur modern tidak sekadar yang disukai anak-anak muda seperti daboy, hiphop bisa di flip seperti ada unsur salto, flip, sehingga nilai tradisi ada elemen surprise sehingga penonton merasa wow,” tambah Riko.
Juri kedua untuk tari kreasi Papua Albert Runawery yang juga seorang seniman berpengalaman, akan memberikan penilaian yang komprehensif terhadap aspek teknis tari kreasi, seperti wiraga, wirama, dan wirasa.
Selain aspek teknis dan estetika, Albert menyoroti pentingnya persiapan properti dan kostum yang memadai.
Menurutnya, properti dan kostum yang baik akan semakin memperkuat karakter dan pesan yang ingin disampaikan melalui tarian. Dengan demikian, para penari dapat memberikan penampilan yang lebih memukau dan meyakinkan.
Lomba tari yang digelar di Jayapura ini merupakan langkah positif dalam upaya pelestarian budaya Papua. Dengan melibatkan generasi muda, diharapkan seni tari Papua dapat terus berkembang dan dikenal oleh masyarakat dunia. (Ai)