KEEROM, FP.COM – Hari raya Isra Mi’raj kemarin, dimanfaatkan oleh tim medis Rumah Sakit Umum Daerah Abepura melaksanakan misi kemanusiaan berupa pengobatan massal ke Kampung Bibiosi, Distrik Arso, Kabupaten Keerom. Pengobatan massal ini dipusatkan kompleks kantor Kampung Bibiosi.
Bibiosi yang kerap disebut Kampung Bate merupakan lokasi ketiga dalam rangkaian kegiatan “turun kampung” tim medis RSUD Abepura. Bakti sosial itu dimulai pada 28 Februari di Gereja Kristen Nazarene El Victor Kotaraja, disusul pada 5 Maret lalu di Gereja Marthen Luther Kampkey.
Pandemi virus Corona adalah salah satu alasan di balik pelaksanaan kegiatan “turun kampung” ini. Jemput bola, kurang lebih begitu.
“Selama pandemi, masyarakat enggan ke rumah sakit, padahal ada (warga) dalam keadaan sakit yang membutuhkan penanganan medis. Banyak warga masyarakat kemudian mengurungkan niat ke rumah sakit lantaran takut tertular virus maupun didiagsnosa Covid-19,” ulas Wakil Direktur Pelayanan dr. Leonora Komboy, Kamis (11/3/21).
Kondisi ini, kata Komboy, tidak hanya dialami RSUD Abepura, namun juga di fasilitas kesehatan lain, baik tingkat pertama maupun lanjutan. Indikasi paling nyata terlihat pada banyaknya obat-obatan yang tidak terpakai di rumah sakit.
Kondisi ini dialami RSUD Abepura sepanjang Maret hingga Desember 2020, apalagi rumah sakit itu sempat dikhususkan untuk penanganan pasien Covid-19 dan penerapan protokol kesehatan yang ketat di polik pelayanan.
“Setelah kami lakukan evaluasi di awal tahun 2021 ini, manajemen RSUD Abe menemukan jika obat-obat yang kami belanjakan di tahun 2020 itu tidak terpakai semua. Sangat disayangkan kalau harus dimusnahkan karena masa berlakunya habis, padahal itu dibutuhkan oleh masyarakat,” lanjutnya.
Tim bakti sosial yang dikoordinir Leonora Komboy ini melibatkan empat dokter perawat (4) dan bidan (1), dua orang PPI (pencegahan dan pengendalian infeksi), farmasi (3), laboratorium (1), dan PKRS (Promosi Kesehatan Rumah Sakit) 2 orang.
“Untuk PKRS kami lakukan sosialisasi cuci tangan yang benar, etika batuk dan cara mengenakan masker yang baik dan benar,” ungkap Kepala Bidang Keperawatan RSUD Abepura Elsye Rumbarar yang ikut dalam rombongan.
Animo masyarakat cukup tinggi, dari berbagai jenjang usia; anak-anak, dewasa, balita, orang tua lanjut usia (lansia), hingga ibu hamil.
Menurut Elsye Rumbarar, dari 90 masyarakat yang mendapat pemeriksaan, kasus gangguan kesehatan yang paling banyak ditemukan adalah asam urat dan penyakit kulit.
Pelayanan langsung di kampung ini mendapat apresiasi dari warga. “Kami sangat terbantu sekali, apalagi saya lagi hamil dan dapat beberapa obat serta vitamin,” ungkap Agustina Naha, salah seorang warga.
Warga lainnya, Diki Tangapo, juga senada. Ia mengungkapkan pengalaman. Katanya, obat-obatan yang ada di Puskesmas Pembantu (Pustu) Bibiosi kurang lengkap.
“Seperti obat alergi atau malaria kemarin tidak ada, jadi dengan kunjungan ini saya bersyukur sekali. Apalagi saya langsung bertemu dokter, pemeriksaannya lengkap seperti saya berobat ke kota. Resep obatnya lengkap, dan kami diberi obat secara cuma-cuma. Kami berterima kasih dan mengapresiasi kepedulian manajemen RSUD Abepura atas pengobatan massal ini,” kata Tangapo.
Sambutan baik juga datang dari pemerintah kampung. “Kami tidak menyangka ada kepeduliaan yang begitu besar dari pihak manajemen RSUD Abepura yang datung jauh-jauh untuk kampung kami, kami belum mendapat pelayanan seperti ini sebelumnya” ujar Sekretaris Kampung Bibiosi Sarono Wijaya.
Di lain pihak, tim RSUD Abe juga sangat senang dengan sambutan masyarakat, terutama antusiame mereka untuk memeriksakan diri.
“Kami bersyukur karena kami diterima dengan baik di tempat ini, apalagi ini merupakan kebutuhan masyarakat. Puskesmas di wilayah Keerom ini sudah bekerja dengan baik, begitu pun dengan Pustu, para petugasnya aktif. Kami hanya datang melengkapi itu dan bentuk kerinduan untuk membantu masyarakat,” tutup Leonora Komboy. (*)