Menggugah Kepedulian Generasi Muda dalam Isu Lingkungan

Lokakarya Aksi Generasi Muda Papua Melawan Perubahan Iklim

Yayasan Gapai Harapan Papua yang merupakan mitra kerja dari UNICEF (United Nations Children’s Fund) bekerja sama dengan Pemerintah Provinsi Papua menyelenggarakan lokakarya bertajuk generasi muda Papua melawan perubahan iklim, Kamis (11/05/23) di salah satu hotel di bilangan Abepura.

Gubernur Papua dalam sambutannya yang dibacakan Pejabat Fungsional Analis Kebijakan Pemerintah Provinsi Papua Martha Mandosir mengatakan, lokakarya yang melibatkan kaum milleniel ini dilakukan guna mendorong generasi muda untuk peduli dan menjadi agen perubahan.“Peran pemuda sangatlah penting dalam upaya untuk mewujudkan sanitasi yang inklusif, berkelanjutan, dan berketahanan iklim. Pemuda yang penuh semangat, kreatif dan inovatif dapat menjadi agen perubahan dalam mendorong perubahan perilaku dan kebiasaan yang lebih sehat dan berkelanjutan,” sebut Martha.

Read More
iklan

Masih menurut Martha, komunitas muda yang terorganisir perlu dibentuk untuk melakukan kegiatan langsung di masyarakat, terutama wilayah yang memiliki isu lingkungan yang cukup kuat semisal bantaran sungai, laut dan pemukiman dalam hal mengatasi sampah dan kelangkaan air bersih.

Melalui pembiasaan gaya hidup lestari atau berkelanjutan, kaum muda juga diharapkan dapat menjadi pelopor dan pendorong perubahan norma sosial dalam masyarakat Papua.“Membangun kesadaran pada semua komunitas itu hal sangat sulit dan itu membutuhkan waktu, karena kita berbicara tentang kebiasaan itu sulit dirubah. Siapa yang bisa lakukan ini tentu yang kita harapkan adalah kaum muda. Sosialisasi-sosialisasi, kampanye lalu kolaborasi dengan BUMN/BUMD mereka itu ada CSR(corporate social responsibility-red) mereka bisa juga membantu, coba kita lihat peluang ini.“Sekali-sekali buat orasi tentang pentingnya menjaga lingkungan, jangan hanya saat terjadi bencana baru kita teriak untuk orang bantu, mari kita lihat ini secara baik dan bersama-sama,” ajak Martha Mandosir.

Khusus ketersediaan air bersih, hal ini memang sebuah ironi di Papua yang notabene memiliki sumber air melimpah. Tetapi, faktanya hanya 65,39 persen rumah tangga di Provinsi Papua yang dapat mengakses sumber air yang layak, jauh di bawah angka nasional yang sudah mencapai 91,05 persen.

Tak tauh beda dengan sanitasi, di mana Papua sangat kekurangan infrastruktur sanitasi yang memadai, pengelolaan air limbah yang tidak baik, dan minimnya pengetahuan dan kesadaran masyarakat terkait sanitasi.Berdasarkan data Badan Pusat Statistik tahun 2022, masih ada 4.56 persen rumah tangga di Provinsi Papua yang tidak memiliki jamban.

Dari delapan kabupaten dan satu kota di Papua, hanya 62,20 persen rumah tangga yang memiliki akses terhadap sanitasi dasar. Jauh di bawah angka nasional yang saat ini telah mencapai rata-rata 80.29 persen.Selain masih minimnya kesadaran masyarakat, buruknya kondisi air, sanitasi dan kebersihan di Papua juga tak tepas dari perubahan iklim.

Kepala UNICEF Papua Aminuddin Ramdan

Dampaknya signifikan terhadap peningkatan suhu, penurunan curah hujan, dan naiknya permukaan air laut.“Perubahan iklim juga menjadi masalah serius yang dihadapi oleh Papua,” ujar Kepala UNICEF Perwakilan Papua, Aminuddin Mohammad Ramdan.

“Salah satu aksi konkrit yang dapat dilakukan oleh generasi muda dalam melawan perubahan iklim adalah dengan memiliki gaya hidup yang lestari atau berkelanjutan. Membawa tumbler sebagai wadah air minum, menghemat penggunaan air, menggunakan kembali air hujan, tidak membuang sampah sembarangan adalah contoh-contoh gaya hidup berkelanjutan yang sederhana namun dampaknya luar biasa,” sambungnya.

Dalam upaya mewujudkan hal tersebut, menurut Aminuddin, diperlukan kerja sama dan kolaborasi dari berbagai pihak yaitu pemerintah, masyarakat, dan swasta. Hal ini juga membutuhkan kesadaran dan partisipasi aktif dari seluruh masyarakat, terutama generasi mudanya untuk menciptakan lingkungan yang sehat dan berkelanjutan. “Anak-anak muda ini di kemudian hari akan merasakan dampaknya juga, kita ingin mendorong kesadaran dari anak-anak muda bahwa ini isu kita bersama. Dari anak-anak muda untuk generasi kita di kemudian hari. Kekuatan anak muda melalui sosial media juga ini sangat besar dampaknya maka kami libatkan, kami mendorong hal ini agar dapat merubah dari sisi kebijakan,” pungkas Aminuddin.

Keterlibatan anak muda dalam isu lingkungan diakui sangat penting oleh Jeni Karay, salah satu narasumber yang merupakan seorang influencer.

Jeni mengatakan, peranan anak muda dalam kemajuan teknologi saat ini dengan berselancar di jejaring media sosial diharapkan dapat mengampanyekan isu lingkungan untuk membangun kesadaran masyarakat.

“Bagaimana sampai kampanye ini sampai ke masyarakat dan masyarakat paham, berarti harus ada peran kita bersama, bukan saya saja untuk mengkampanyekan ini secara digital. Di zaman sekarang, tidak ada satu orang pun yang begitu bangun pagi tidak pegang hand phone. Peran anak muda di sini membangun awereness, yang paling simpel tanpa keluar banyak dana adalah sosial media. Peran sosial media ini sangat penting, dan kreativitas itu ada di mereka (anak muda-red) dan itu tugas kita membantu masyarakat mengenal dan familiar dengan isu ini,” tambah Jeni. (*)

Related posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *