Mumtaz dan Ihsan: Sisi Romantis dari Horornya Sukru Saracoglu

Pasangan suami istri Mumtas dan Ihsan, suporter setia Fenerbahce/Istimewa

Jika ada pemilihan stadion mengerikan di dunia, maka publik sepak bola tidak akan ragu menyebut Sukru Saracoglu, salah satunya. Ada banyak tragedi yang pernah terjadi di markas klub Turki, Fenerbahce ini.

Peristiwa-peristiwa berdarah di stadion yang mulai digunakan tahun 1908 ini tak lepas dari perseteruan abadi antara Fenerbahce dan Galatasaray, duo penguasa ibu kota Turki, Istanbul.

Read More
iklan

Jika di Italia ada Derby della Madonnina (Derby Milano), maka negerinya Erdogan dalam wujud Eternal Derby, disebut juga Intercontinental Derby. Bentrokan antarsuporter Fenerbahce dan Galatasaray mewarnai Eternal Derby sudah lumrah.   

Pada tahun 2013, seorang pendukung Fenerbahce ditemukan tewas dalam perjalanan menuju ke rumahnya, usai menyaksikan kemenangan Fenerbahce atas Galatasaray dengan skor 2-1.

Korban yang bernama Burak Yildirim meninggal dunia akibat dikeroyok dan ditikam menggunakan pisau oleh beberapa orang pendukung Galatasaray di sebuah halte bus.

Yildirim, barangkali satu dari sekian nyawa yang melayang akibat kebencian yang kepalang mendidih dalam darah para suporter.

Tapi, Sukru Saracoglu tidak hanya soal darah dan horor, di antara bangku stadion juga tersimpan cerita romantis. Kisah sepasang dua insan; Mumtaz Amca dan Ihsan Teyze. Mumtaz dan Ihsan adalah pasangan suami istri pendukung Fenerbahce yang sangat loyal. Keduanya tidak pernah melewatkan pertandingan Fenerbahce dengan datang ke stadion.

Di lain pihak, klub sendiri menaruh hormat pada mereka. Buktinya, ketika Fenerbahce harus bermain tanpa penonton akibat wabah virus Corona, foto keduanya tetap ditaruh di kursi yang biasa mereka duduki. Bahkan, itu dilakukan, padahal Mumtaz telah meninggal dunia tujuh tahun silam, 2013, dalam usia 88 tahun.

Kehilangan suaminya, Mumtaz, tak membuat loyalitas Ihsan memudar. Wanita tua itu terus saja datang ke stadion, mendukung The Yellow Canaries, julukan klub kesayangannya.

Pada akhirnya, waktu jua yang mengakhiri semuanya. Fenerbahce harus kembali kehilangan Ihsan yang berpulang pekan lalu, 4 Desember 2020. Ia meninggal dalam usia 90 tahun.

Melalui laman resmi klub, Fenerbahce menyampaikan ucapan duka. “The Fenerbahce family will never forget two beautiful people who love Fenerbahce in their heart.”

Manajemen klub sudah memutuskan, akan membalas loyalitas keduanya dengan mengosongkan dua kursi di Sukru Saracoglu, tempat Mumtaz dan Ihsan biasa menyaksikan laga Fenerbahce.

Mumtaz dan Ihsan tentu hanya beberapa dari cerita tentang suporter sejati. Namun menjadi berbeda ketika terjadi di Sukru Saracoglu, nerakanya sepak bola. (Ray)

Related posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *