JAYAPURA, FP.COM – Festival PON Kopi Papua yang diselenggarakan Bank Indonesia berlangsung 3-9 Oktober 2021 berlokasi di terminal Mesran, Kota Jayapura, melibatkan 100 usaha mikro kecil dan menengah (UMKM).
Dari 100 UMKM itu, ada 40 stan yang menyediakan kopi dalam bentuk biji maupun olahan dan siap saji. Sisanya memamerkan kuliner, aksesories, fashion dan produk lainnya.
Salah satu produk kopi yang cukup menyita perhatian adalah Kopi Toli. Gampang ditebak, jika muasal kopi ini dari Kabupaten Tolikara. Tersedia dua pilihan; dalam bentuk biji dan bubuk. Selain kopi siap seduh dan coklat kopi, kopi Toli dari jenis Arabica ini juga punya produk turunan yang unik berupa pengharum ruangan.
Kata pelaksana tugas Sekda Tolikara, Palangsong Latuconsina, tidak ruangan atau kamar, produk binaan pemerintah daerahnya itu juga cocok untuk mobil.
Ia mengklaim, tanaman kopi Toli tidak menggunakan pupuk kimia, semuanya alami.
“Asal seduhnya tidak menambah gula pasir, maka khasiatnya akan terasa untuk kesehatan, terlebih bagi penderita asam urat dan terapi diabetes, karena semuanya organik,” kata Palangsong di arena festival.
Menurut penuturan Palangsong, kopi ini bukan tanaman baru di Tolikara, namun sudah cukup lama, dibawa dan dikembangkan oleh misionaris.
Dalam setahun, dengan asumsi dua hingga tiga kali, produksi kopi Tolikara kali mencapai 10 ton. Itu jumlah akumulasi dari 2.000 petani kopi yang dibina oleh pemerintah setempat melalui Dinas Pertanian dan Perikanan. Hasil penjualan biji kopi masih tergolong minim, di kisaran 600 juta rupiah per tahunnya. Sementara, kopi bubuk jauh di atas itu.
“Sedangkan dalam bentuk bubuk, dijual Rp.75 ribu per kemasan 200 gram. Per tahun penjualan mencapai Rp.2 miliar,” jelas Palangsong.
Palangsong mengakui, hingga kini, para petani di daerahnya belum memiliki luas lahan tetap. Inilah yang terus didorong pemerintah.
“Kita dorong masing – masing rumah tangga harus punya dua hektar atau 2.000 pohon yang nantinya bisa meningkatkan pendapatan mereka dari kopi,” ucapnya.
Intervensi pemerintah tidak sebatas itu, pihaknya juga berupaya membantu pemasaran dengan menampung hasil produksi petani lewat Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi.
Hebatnya, meski masih diroasting secara manual menggunakan mesin berbahan bakar minyak tanah, namun kopi olahan mereka sudah mengorbit hingga mancanegara.
“Kopi Toli telah menembus pasar internasional meski masih dalam skala kecil seperti ke Kanada, Inggris, Philipina dan Australia. Kami belum bisa ekspor dalam jumlah besar karena membutuhkan regulasi dan prosesnya panjang. Sehingga hanya memasarkan kemasan di bawah 5 kilogram. Kalau ingin ekspor di atas 5 kilogram, harus memenuhi beberapa perizinan, salah satunya dari Balai POM yaitu izin makanan dalam negeri, lalu identifikasi geografis,” jelasnya.
Dalam upaya menduniakan produknya, menembus pasar internasional, pemerintah Tolikara telah bekerja sama dengan Universitas Negeri Papua (Unipa) Manokwari. Namun, Palangsong tak merinci bentuk kerjasamanya. FPKontr1