JAYAPURA, FP.COM – Stadion Papua Bangkit yang terletak di Kampung Harapan, Kabupaten Jayapura, dibangun sejak tahun 2016 dengan menyerap total anggaran sebesar Rp.1,4 triliun rupiah. Stadion megah yang digadang-gadang terbesar se-Indonesia Timur itu mampu menampung sekitar 42 ribu penonton, dan telah rampung tahun lalu.
Setelah selesai dibangun, muncul usulan untuk mengganti nama stadion, yang kemudian menjadi bahan diskusi di Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Papua.
Lukas Enembe. Nama Gubernur Provinsi Papua ini diputuskan diabadikan sebagai nama stadion yang dulunya bernama Stadion Papua Bangkit, yang dibangun untuk persiapan penyelenggaraan Pekan Olahraga Nasional (PON) XX 2020 Papua.
Pergantian nama ini tak pelak menuai kontroversi di kalangan masyarakat luas. Ada yang setuju, dan ada pula yang mencibir, tentu dengan alasan masing-masing.
Bagi Yunus Wonda, Ketua Harian Panitia Besar Pekan Olahraga Nasional (PB PON) Papua, nama Lukas Enembe untuk stadion itu tidaklah berlebihan. Kata Wonda, orang nomor satu di provinsi Papua tersebut layak mendapat apresiasi atas jasanya menjadikan Papua sebagai tuan rumah penyelenggaraan event olahraga terakbar se-Tanah Air, Pekan Olahraga Nasional.
Dirinya sadar betul, untuk menjadi-bahkan mengajukan diri sebagai tuan rumah, Papua memang belum mampu dan siap. Tetapi, atas komitmen dan tekat kuat seorang Enembe, wujud dari keinginan tersebut sudah ada di depan mata. Papua siap menulis sejarahnya.
“Kami sebagai rakyat Papua tidak pernah sekali pun membayangkan akan menjadi tuan rumah PON karena infrastruktur yang ada di sini (Papua) belum memadai,” ujarnya.
Apa yang dibeberkan Wonda tak bisa dipungkiri. Modal nekat, kalau boleh disebut demikian, pasalnya, kala itu, Papua dikategorkan miskin sarana prasarana oleharaga. Dan itulah yang membuat Wonda terkesan.
“Prinsip beliau (Enembe) adalah ambil dulu baru siapkan. Akhirnya terbukti, Papua dipercaya menjadi tuan rumah serta mampu menunjukkan bahwa Papua juga bisa maju dan berkembang,” tutupnya. (Ray)