JAYAPURA, FP.COM – Menyusun daftar legiun asing yang paling diingat para pendukung Persipura Jayapura, tak afdol jika tak memasukkan nama David da Rocha. Pemain yang mengandalkan kaki kiri ini didatangkan Persipura pada tahun 2003, dan mulai bermain untuk tim di tahun 2004.
David merupakan bagian penting dari skuat Mutiara Hitam saat merengkuh gelar juara Divisi Utama Liga Indonesia tahun 2005 di bawah asuhan Rahmad Darmawan. Kemampuannya bermain di beberapa posisi sangat diandalkan. Dipertahankan hingga 2009, bukti sahih betapa manajemen Persipura sangat terkesan dengan performa pria asal negeri samba, Brasil ini.
Kepercayaan itu diganjar David, setelah membantu timnya merajai Indonesia Super League (ISL) musim 2008/2009. Di musim itu, ia berkolaborasi dengan kompatriotnya, Jacksen Tiago sebagai pelatih.
November nanti, David akan genap berumur 40 tahun, ia telah telah lama pensiun sebagai pesepakbola. Meskipun demikian, ia tak akan pernah lupa masa-masa berseragam merah hitam. Ia mengaku begitu terkesan dengan semangat suporter Persipura dalam mendukung timnya.
Dukungan suporter yang luar biasa jadi pelecut semangat di lapangan. Ia selalu ingin membalas dukungan penonton dengan penampilan apik.
“Kami semua, seluruh pemain dan pelatih sangat bekerja keras saat itu. Puji Tuhan, usaha yang telah kami lakukan, terbayar dengan gelar liga Indonesia,” tuturnya kepada Raymond Latumahina dari Fokus Papua, Minggu (31/5).
“Saya tidak pernah melihat orang-orang begitu sangat senang sampai loncat-loncat, mereka meneriakkan Persipura dan nama para pemain, apalagi waktu kita juara,” sambungnya.
Bukan hanya tentang dukungan luar biasa dari suporter dan dua gelar liga bersama Persipura. Satu lagi momen yang selalu diingatnya yakni kala mencetak gol spektakuler ke gawang Persija Jakarta di Stadion Lebak Bulus dalam first leg semi final Copa Dji Sam Soe 2006.
Persija yang kala itu sangat diunggulkan apalagi didukung ribuan Jak Mania, tampil menekan sejak peluit pertama dibunyikan. Sementara itu tim tamu, Persipura, justru memilih untuk bermain defensif. Hanya sesekali tim asuhan Mettu Duaramuri ini membalas serangan.
Merasa timnya tak berkembang, Coach Mettu kemudian memasukkan gelandang elegan Eduard Ivakdalam. Kehadiran Kaka Edu membuat lini tengah Mutiara Hitam lebih hidup. Laga berjalan seimbang. David da Rocha yang beroperasi di lini tengah lebih leluasa berkreasi.
Puncaknya, sesaat sebelum turun minum, David dengan percaya diri menggiring bola di sisi kiri, melewati dua pilar Macan Kemayoran sebelum melepaskan tendangan keras dari jarak seperempat lapangan. Sepakan spekulatif ini tanpa disangka menghujam jala gawang kiper kawakan Hendro Kartiko.
Kendati Hamka Hamzah, bek Persija, meyamakan kedudukan di babak kedua, namun hasil ini jadi modal berharga David dan kawan-kawan melakoni leg kedua.
David mengaku sangat terkesan dengan golnya itu. Apalagi, ia mencetaknya ke tim sekelas Persija yang diasuh mantan mentornya, Rahmad Darmawan. Saking senangnya, ia mengaku sering menonton rekaman videonya.
“Siapa pun pemain pastinya akan sangat senang jika mencetak gol seperti itu, dan sangat berkesan sekali bagi saya pribadi,” imbuhnya.
Di ajang itu, Persipura kemudian melangkah ke final setelah menekuk Persija di Mandala dengan agregat 3-1. Sayangnya, di partai final, mereka harus mengakui keunggulan Arema Malang dengan skor 2-0. (Ray)