Pesan Kirana Kejora buat para Creativepreneur: Attitude Nomor Satu, Produk Nomor Dua!

Bimtek Pasti Ekraf 2024 Hadirkan Penulis Kenamaan Kirana Kejora Kenalkan Storytelling untuk Membangun Bisnis

JAYAPURA, FP.COM – Bimbingan Teknis (Bimtek) penyusunan proposal dan teknik presentasi bisnis ekonomi kreatif (Pasti Ekraf) hari kedua yang diselenggarakan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbupar) Provinsi Papua, Selasa (2/7/24) menghadirkan novelis kenamaan Kirana Kejora. Karya-karya Kirana cukup dikenal di kalangan pecinta sastra seantero Indonesia.

Kirana Kejora saat menyampaikan materi storytelling

Novel Kirana bahkan banyak difilmkan, salah satunya berjudul Air Mata Terakhir Bunda’ (2012) yang menjadi Best Features Film di Balinale Internasional Film Festival 2013 dan masuk nominasi Festival Film Indonesia 2013. Karya lainnya, Hasduk Berpola, terpilih sebagai Film Inspiratif Kemendikbud 2013, Favorit Apresiasi Film Indonesia 2013 dan masuk Program Educational Screening IFF Melbourne 2015.

Read More

Saat ini, Kirana merupakan salah satu dari tiga narasumber dalam tim storytelling Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) RI. Sebagai penulis dengan sejumlah prestasi, Kirana hadir membagi spirit dan tentunya Ilmu bagi 30 pelaku Ekraf di Provinsi Papua.

Diawali perkenalan, kiat penting yang dibagi Kirana terbagi dalam 2 hari sesi materi. Menurut Kirana, pelaku ekraf adalah orang-orang yang menjual produknya menggunakan ide kreatif. Untuk itu pelaku ekraf saat ini harus menyebut dirinya sebagai creativepreneur.

Seorang creativepreneur bagi Kirana haruslah memiliki attitude sebagai modal utama.
Attitude number one, produk nomor dua. Kalau kamu mau besar jangan pernah merasa besar tapi berani banyak bertanya. Rendah hati iya tapi rendah diri jangan.”

“Perilaku kita nomor satu karena dunia hanya selebar daun kelor jadi hati-hati. Di manapun kita bekerja dan berkarya, perilaku kita itu dicatat semesta. Papua ini provinsi ke 8 yang saya datangi sebagai pengampu dari Kemenparekraf di mana saya memegang materi dua yaitu storytelling for bisnis,” ujar Kirana.

Untuk tiga subsektor yang didorong Kemenparekraf yakni fesyen, kriya dan kuliner, lanjut Kirana, dibutuhkan kreatifitas dalam pengembangan tiga subsektor dengan digitalisasi. Untuk itu saat ini teknik storytelling marketing dibutuhkan oleh bisnis apapun.

“Apalagi subsektor kuliner dan kriya dan fesyen kalau gak (tidak-red) go digital habis dia. Go digital agar go global. Esok itu kegiatan syuting dan pembuatan video story, tapi semua peserta mampu dan memang para creativepreneur itu diatas rata-rata. Dikasih apapun jadi,” puji writerpreuner asal Ngawi ini.

Dia pun tak lupa memberi wejangan bagi para pelaku ekraf dimana, konsep orang creativepreneur itu tidak berutang tapi bersinergi, bermitra atau barter value.

Terakhir, Kirana pun mengajak para pelaku ekraf di Papua memperlakukan produk ibaratnya seorang anak. Analogi itu penting dimaknai para creativepreuner dalam membangun produk bisnis yang lebih baik kedepannya.

“Berpikirlah karunia(produk) yang kita punya ini anak. Setelah lahir diberi baju cantik (kemasan) gak (tidak-red) perlu merek mahal. Setelah itu dikasih nutrisi yaitu promosi.”

“Masalah promosi gak boleh kita ngomong harga kabur dia. Jadi storytelling harus menyentuh jiwa dan gak perlu harus puitis tapi diksinya yang tepat dan judul yang menarik. Jadi pesan saya kepada creativepreneur perlakukan produk anda sebagai anak. Anak itu dari Tuhan”,pungkas darah manis kelahiran 52 tahun silam ini. (Ai)

Related posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *