Transisi Nomenklatur Tak Lepaskan Fokus pada Desa Wisata dan Kota Kreatif

Deputi Bidang Pengembangan Destinasi dan Infrastruktur Kemenparekraf/Baparekraf, Hariyanto saat memberikan keterangannya di Gedung Sapta Pesona, Jakarta, Kamis (31/10/2024). (Foto ilustrasi dok. Kemenparekraf)

JAKARTA,FP.COM– Pemisahan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) menjadi dua kementerian baru, yakni Kementerian Pariwisata dan Kementerian Ekonomi Kreatif, tidak akan menghambat upaya pengembangan destinasi dan infrastruktur pariwisata serta ekonomi kreatif. Langkah ini justru diharapkan dapat memberikan fokus yang lebih spesifik pada masing-masing sektor, sehingga mendorong pertumbuhan yang lebih pesat.

Pemisahan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) menjadi dua kementerian terpisah, yaitu Kementerian Pariwisata dan Kementerian Ekonomi Kreatif, membawa angin segar bagi pengembangan desa wisata di Indonesia. Program unggulan seperti Anugerah Desa Wisata Indonesia (ADWI) kini mendapatkan perhatian yang lebih fokus dan spesifik.

Read More
iklan

Hariyanto, Deputi Bidang Pengembangan Destinasi dan Infrastruktur Kemenparekraf/Baparekraf dalam keterangannya di Gedung Sapta Pesona, Jakarta, Kamis (31/10/2024) mengungkapkan bahwa ADWI telah menjadi katalisator bagi transformasi desa-desa di Indonesia. Melalui program ini, desa-desa yang dulunya terpencil kini telah menjelma menjadi destinasi wisata yang ramai dikunjungi, membawa kesejahteraan bagi masyarakat setempat.

Dengan adanya pemisahan ini, desa wisata di seluruh Indonesia berpeluang untuk tumbuh lebih pesat. Dukungan dari pemerintah yang lebih terarah memungkinkan desa-desa wisata untuk mengembangkan potensi lokal mereka, meningkatkan kualitas layanan, dan menarik lebih banyak wisatawan.

Berkat dukungan platform Jejaring Desa Wisata (Jadesta), ekosistem desa wisata di Indonesia semakin kuat. Dengan lebih dari 6.037 desa wisata yang tergabung, Jadesta menjadi pusat data dan kolaborasi yang menghubungkan seluruh pemangku kepentingan. Data evaluasi menunjukkan peningkatan signifikan dalam kunjungan wisatawan (80,66%), pendapatan desa (50,91%), dan penyerapan tenaga kerja (3,88%), membuktikan efektivitas model pengembangan desa wisata yang terintegrasi ini.

Melalui program KaTa Kreatif, pemerintah telah berhasil membangun ekosistem ekonomi kreatif yang kolaboratif. Dengan melibatkan para pelaku kreatif, pemerintah daerah, dan berbagai pemangku kepentingan, program ini telah mendorong terciptanya sinergi yang kuat. Hasilnya, 83 kabupaten/kota telah berhasil mengidentifikasi potensi ekonomi kreatif lokal dan mengembangkan city branding yang unik. Prestasi ini semakin diperkuat dengan adanya 5 kota di Indonesia yang telah diakui sebagai Kota Kreatif UNESCO, membuktikan bahwa Indonesia memiliki potensi besar untuk menjadi rujukan bagi negara lain dalam pengembangan ekonomi kreatif. (AiWr)

Related posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *