Mataku, Duniaku: Cerita Sukses Operasi Katarak oleh Freeport Indonesia

Yakobus Umapi warga kampung nayaro memberikan testimoni setelah operasi katarak gratis di RSMM 5 April 2024

MIMIKA, FP.COM – Tiga tahun sudah Yakobus Umapi tak bisa melihat dunia. Melihat dalam arti sebenar-benarnya. Pria asal Kampung Nayaro, Distrik Mimika ini menderita penyakit mata katarak. Selama tiga tahun itu pula ia tak putus berdoa, meminta kesembuhan.

“Sudah tiga tahun terasa mata gelap, saya berdoa kepada Tuhan agar bisa dikasih jalan, bisa buka saya punya mata,” kata Yakobus Umapi (61).

Read More
iklan

Doa Yakobus akhirnya terkabul usai menjalani operasi katarak di Rumah Sakit Mitra Masyarakat (RSMM), Jumat (5/4).

Hujan rintik-rintik mengiringi Yakob, sapaannya, bercerita. Wajahnya tampak sumringah sekalipun perban putih masih menutup mata kanannya Ia bahkan masih mengenakan pakaian operasi, lengkap dengan penutup kepala.

“Bapak bersyukur, Tuhan memberi jalan adanya program Freeport Indonesia yang melihat (berkeliling) ke pedalaman, terima kasih,” kata Yakob didampingi sang istri.

Victor karambut warga kampung mware memberikan testimoni setelah operasi katarak gratis di RSMM 5 April 2024

Selain Yakob, ada pula kisah Victor Karambut (65). Ia memperoleh informasi tentang operasi ini saat melakukan pemeriksaan mata gratis di Puskesmas Mapuru Jaya.

“Setelah diperiksa, menurut dokter mata, saya ini harus dioperasi karena selaput sudah tebal,” kata pria asal Kampung Muare ini.

Dokter kemudian merujuknya untuk menjalani operasi katarak. “Dokter berpesan untuk bersiap karena tanggal 5 April kami akan dijemput oleh petugas Puskesmas dan diantar ke RSMM,” sambungnya.

Bukan hanya Yakob dan Victor, bersama mereka ada puluhan pasien penderita katarak lainnya. Sebagian besar dari mereka sudah berusia lanjut. Operasi berlangsung dalam beberapa sesi, mulai sekitar pukul 10.00 hingga 15.00 WIT. Para pasien ini dijemput dari masing-masing kampung, sebagian dari kawasan pesisir, sebagian lagi dari pegunungan di wilayah Mimika. Yakob dan pasien lain bahkan tak harus memikirkan tempat tinggal dan akomodasi lainnya selama di kota. Semuanya ditanggung penuh oleh pihak PT Freeport Indonesia (PTFI). Selama masa penyembuhan, mereka didampingi perawat, dan akan diantar pulang ke tempat asal masing-masing.

Program operasi katarak gratis (5-7 April 2024) ini merupakan bagian dari bakti sosial dalam rangka ulang tahun PTFI ke 57.
Hari ulang tahun yang diperingati setiap tanggal 7 April ini bertemakan “berkarya untuk Indonesia”. Tema ini kurang lebih sebagai bentuk harapan PTFI untuk berkontribusi bagi Mimika, Papua, dan Indonesia melalui kolaborasi dengan semua pemangku kepentingan.

Presiden Direktur PTFI Tony Wenas usai mendatangi RSMM, mengatakan kesehatan individu dan masyarakat sangat penting. Sebab masyarakat yang sehat akan mendorong peningkatan produktifitas.

“Kesehatan masyarakat merupakan salah satu pilar utama dalam investasi sosial PTFI. Apresiasi kami kepada Pemerintah Kabupaten Mimika dan segenap stakeholder yang terlibat karena kolaborasi ini telah memungkinkan program-program kesehatan PTFI dapat diterima dan dirasakan manfaatnya oleh masyarakat,” kata Tony.

Penanggung Jawab Kegiatan Pelayanan Kesehatan Mata dan Operasi Katarak dr Felix Tobing menjelaskan, sebelum menjalani operasi katarak, para pasien mengikuti screening terlebih dahulu.

“Tim kami mengadakan pemeriksaan mata gratis di sembilan titik baik di kawasan pesisir maupun pegunungan, mulai 25 Maret hingga 4 April. Warga mendapat layanan pemeriksaan umum kesehatan mata, tes buta warna, pemeriksaan refraksi mata, pembagian kacamata gratis, dan screening operasi katarak,” jelasnya.

Sembilan titik yang dimaksud Felix yaitu Kampung Waa Banti-Tembagapura, Kota Timika, Mapurujaya, SP9, SP12, Aikawapuka, Miyoko, Wumuka dan Kapiraya. Total sebanyak 1.066 orang memeriksakan mata, 500 kacamata telah dibagikan, dan sejumlah pasien dirujuk ke RSMM untuk mengikuti operasi katarak.

“Sesuai slogan kegiatan ‘mataku duniaku’, tujuan kegiatan ini adalah untuk mengembalikan penglihatan warga yang terkena katarak agar bisa melihat dunia lebih baik,” ujar Felix.

Selain PT Freeport, program operasi katarak gratis mendapat dukungan Dinas Kesehatan Kabupaten Mimika, Yayasan Pemberdayaan Masyarakat Amungme dan Kamoro (YPMAK), RSMM, PT Pangansari Utama (PSU) dan Media Group serta tenaga dokter spesialis mata dari Persatuan Dokter Mata Indonesia (Perdami).

Dilansir dari data Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, katarak menjadi salah satu penyebab terbanyak kebutaan di Indonesia. Sementara, jika merujuk pada data survey Rapid Assessment of Avoidable Blindness (RAAB) di 15 provinsi, termasuk Papua, diperkirakan tiga dari 100 orang di Indonesia berusia lebih dari 50 tahun mengalami kebutaan, 81 persen di antaranya karena katarak.
Tingkat prevalensi yang tinggi ini menjadi perhatian pemerintah dengan menargetkan penurunan gangguan penglihatan sebesar 25 persen pada 2030.

PTFI sendiri terus berkomitmen memberikan manfaat kepada masyarakat di sekitar wilayah operasional melalui beragam program investasi sosial. Pada 2023, nilai investasi sosial PTFI mencapai 122 juta dolar AS dan akan terus bertambah sekitar 100 juta dolar AS per tahun sampai dengan 2041.

Di bidang kesehatan, PTFI telah membangun dan mengoperasikan rumah sakit dan klinik yang memberikan pelayanan kesehatan gratis di Kabupaten Mimika.

Data per akhir tahun 2023, tercatat 121.000 kunjungan pasien ke RSMM; 40.481 kunjungan di 3 klinik umum dan 2 klinik spesialis. Kemudian, 19.824 rumah telah mendapat pelayanan Indoor Residual Spraying (IRS), sosialisasi dan pelatihan kesehatan (Malaria, HIV, AIDS, TB, COVID-19) kepada 14.000 peserta, serta kemitraan dalam riset kesehatan dasar kabupaten mencakup 30 kampung dan 3.105 rumah tangga. (Humas PTFI)

Related posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *